___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, July 13, 2014

(No.42) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA




Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21





(Terbit, insya Allah setiap hari Minggu atau Senen)




SEJARAH KEMAKMURAN BANGSA INDONESIA


  
History is a set of lies agreed upon

Sejarah adalah sebuah paket kebohongan yang disepakati untuk diterima sebagai kisah yang benar”

(Napoleon Bonaparte, panglima perang dan Kaisar Prancis)


  

Sejarah: Paket Kebohongan yang Disepakati Benar

Kata sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yang artinya pohon yang kemudian dikaitkan dengan pengertian silsilah. Kita tidak akan membahas pohon dan silsilah. Yang dimaksud sejarah disini adalah kata yang punya padanan bahasa Inggris history.

Dari pandangan pembaca buku sejarah yang skeptis, kata history, sering diplesetkan menjadi his story yang artinya ceritanya dia, bukan our story atau my story. Artinya cerita itu tidak 100% jujur dan objektif. Dengan kata lain sejarah mempunyai misi dan tujuan.

Kalau kita bersantai dirumah, pada hari hujan lebat, berbadai, pernahkan anda berpikir siapa yang menemukan semen, bahan bangunan yang akrab dengan anda dan sangat berguna untuk membuat rumah, tempat berteduh dari hujan dan terik matahari, berlindung di waktu malam dari pencuri dan penjarah. Berapa banyak benda-benda yang memudahkan hidup kita yang terbuat dari semen selain rumah; jembatan, tiang listrik, jalan, tanggul penahan ombak, dermaga kapal. Banyak lagi. Aneh bukan kalau penemu semen tidak ada yang tahu?

Kalau anda disuruh menyebutkan siapa presiden pertama Amerika Serikat, atau presiden pertama Indonesia, atau perdana menteri Canada pertama, maka dengan mudah anda menyebut nama G. Washington, Sukarno dan McDonald. Aneh bukan? Jasa apa yang mereka telah perbuat dalam kaitannya dengan kenyamanan hidup anda. Ambil saja Kemal Attartuk, atau Mahatma Gandhi? Apa jasa mereka kepada anda dan umat manusia sehingga nama mereka ada di buku-buku sejarah dan harus dipelajari dan membuat anda hapal? Bandingkan dengan penemu aspal, semen, lampu atau penicilin (antibiotik).

Supaya anda tidak penasaran akan saya sebut nama penemu aspal. Aspal di dalam bahasa Inggris disebut tarmac, singkatan dari tar McAdam. John McAdam, seorang Scot, adalah pioneer untuk penggunaan asphalt/bitumen untuk kostruksi jalan raya jauh sebelum tahun 1900. Untuk semen, barang ini sudah ada sejak jaman Romawi kuno, dan tidak diketahui siapa penemunya. Sedang untuk penicillin, walaupun awalnya ditemukan sebagai antibiotik oleh mahasiswa kedokteran Prancis Ernest Duchesne, tahun 1896, tetapi yang diakui penemunya adalah Alexander Fleming tahun 1928.

Bagaimana bisa, orang-orang yang justru memberikan jalan kemudahan dalam hidup kita ini seperti John McAdam, Alexander Fleming, Ernest Duchesne, Carnot, tidak dikenal secara luas, sedang Washington, Gandhi dan Sukarno, sangat dikenal? Jawabannya adalah sejarah. Kita di sekolah dipaksa mempelajari suatu paket cerita, legenda, dongeng yang disebut sejarah. Kalau kita kurang serius dan cerita itu tidak banyak yang menempel di otak kita, maka kita tidak lulus. Padahal guna sejarah nyaris tidak ada. Apa lagi kalau isinya penuh kebohongan.

Berbicara mengenai sejarah, banyak politikus penguasa berlomba-lomba menulis biografinya semasa dia berkuasa. Mungkin mereka takut bahwa nantinya sejarah mengenai mereka ditulis tidak sesuai dengan keinginan mereka. Di pihak lain, seorang penguasa yang memperoleh posisinya karena terpaksa, seperti Umar bin Khattab, semasa kekuasaannya malah melarang penulisan hadist nabi – orang yang dikaguminya. Apalagi biografinya sendiri. Kenapa Umar bin Khattab punya kecenderungan berbeda dengan politikus dan penguasa lainnya? Apa karena Umar bin Khattab mampu mengembangkan kekuasaannya yang semula hanya sebagian Jazirah Arab menjadi negara yang membentang dari Afrika Utara sampai perbatasan Cina dalam waktu 10 tahun?

Politikus secara umum adalah makhluk yang parasit di dalam masyarakat. Silahkan perhatikan kembali prilaku mereka. Istana negara bukan bangunan dimana lembaran baja masuk dan mobil-mobil baru keluar, seperti layaknya pabrik mobil. Demikian juga gedung parlemen, bukan gedung dimana pupuk dan bibit padi masuk, lalu padi dan beras keluar, seperti sawah.  Yang bisa kita amati adalah masuknya politikus dan kemudian makanan ke gedung parlemen, selang beberapa jam mereka keluar lagi dan besoknya makanan itu dikeluarkan di WC rumah mereka masing-masing.

Oleh sebab itu penguasa dan politikus memerlukan pembenaran mengenai keberadaannya di masyarakat, yaitu dengan indoktrinasi yang materinya disebut sejarah. Citra bahwa masyarakat memerlukan politikus dan penguasa harus diciptakan. Politikus/penguasa perlu dicitrakan sebagai komponen masyarakat yang paling essensiel. Penguasa/politikus mewajibkan pelajaran sejarah diajarkan di sekolah-sekolah sebagai indoktrinasi untuk memasukkan dogma ini.

Ada opini yang menarik dari Napoleon tentang sejarah. Katanya:

History is a set of lies agreed upon

Dengan kata lain Napoleon menganggap sejarah itu sama dan sejajar tingkat kejujurannya dengan dongeng, hikayat dan legenda.

Tentu saja kutipan di atas bukanlah kutipan asli, Napoleon tidak mengatakannya dalam bahasa Inggris. Buku ini akan bohong kalau mengatakan bahwa ucapan tersebut adalah ucapan Napoleon, karena bahasa Inggris bukan bahasa Napoleon sehari-hari dan Inggris adalah musuh besarnya. Akibat dominasi budaya Anglo-Saxon, maka terjemahan dalam bahasa Inggrisnya lah yang paling banyak ditemukan di literatur-literatur. Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa sitiran di atas adalah dari Napoleon, maka yang mengatakannya itu bohong. Yang benar kemungkinan bahwa Napoleon mengatakan seperti ini (google translate):

“L'histoire est un ensemble de mensonges convenu”

Sitiran itu kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi:

“Sejarah adalah sebuah paket kebohongan yang disepakati untuk diterima sebagai kisah yang benar.”

Tidak sulit untuk membuat suatu kebohongan untuk bisa diterima sebagai kebenaran. Menteri Propaganda Jerman di masa Hitler, yaitu Joseph Goebbels mengatakan:

If you tell a lie big enough and keep repeating it, people will eventually come to believe it. The lie can be maintained only for such time as the State can shield the people from the political, economic and/or military consequences of the lie. It thus becomes vitally important for the State to use all of its powers to repress dissent, for the truth is the mortal enemy of the lie, and thus by extension, the truth is the greatest enemy of the State.”

Ucapan sebenarnya tentu saja dalam bahasa Jerman. Terjemahan bahasa Indonesianya adalah:

Bikinlah kebohongan yang besar dan dengungkanlah secara terus menerus, orang akhirnya akan menerimanya sebagai kebenaran. Kebohongan itu bisa dipertahankan sepanjang pemerintah bisa menutupi pandangan rakyat dari melihat konsekwensi politik, ekonomi dan militer kebohongan tersebut. Jadi adalah sangat penting bagi pemerintah untuk menggunakan kekuasaannya untuk menindas semua opini yang berbeda (dan ada benar), karena kebenaran adalah musuh utama dari kebohongan, dengan demikian kebenaran adalah musuh utama dari pemerintah.”

Goebbels mepraktekannya selama ia menjabat sebagai menteri propaganda Jerman pada tahun 1933 – 1945. Dukungan rakyat Jerman terhadap Hitler tidak pernah luntur sampai akhirnya rejim mereka semua dihancurkan sekutu. Tidak hanya itu, Joseph Goebbels sendiri termakan oleh kebohongannya. Dia juga ikut percaya atas kebohongannya sendiri. Dia begitu percaya kebohongan yang dibuatnya tentang supermasi Aria, Nazi Jerman dan Hitler sampai-sampai ke enam anak-anaknya diberi nama dengan huruf awal H; Helga, Hildegard, Helmut, Holdine, Hedwig dan Heidrun sebagai tanda kekagumannya kepada Hitler. Joseph Goebbels dan istrinya Magda Goebbels terpaksa berhadapan dengan kenyataan pahit, ketika Hitler bersama dirinya terkurung di dalam bunker dan terkepung tentara Uni Soviet di akhir perang. Magda membunuhi anak-anaknya satu per satu. Kemudian sendiri bunuh diri mengikuti tindakan Hitler.

Sejarah menceritakan romantisme dan kehebatan para pelaku sejarah. Apakah itu seorang perampok/pencuri seperti Ken Arok, atau pembunuh berdarah dingin seperti Gajah Mada (ingat pembantaian di Bubat), atau Abraham Lincoln yang mengantar 2% rakyatnya ke liang kubur. Oleh sejarah mereka dijadikan pahlawan. Romantisme, memberikan warna corak make-up dan bumbu berupa kehebatan dan keagungan para pelaku sejarah membuat pembacanya lupa essensi nilai-nilai moralnya. Moral yang bejad bisa tertutupi oleh make-up dan bumbu romantisme kemudian makna citranya diputar-balikkan. Tindakan Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, bupati, bapak angkatnya, dan mengawini janda bapak angkatnya ini, yaitu Ken Dedes kemudian menggantikan posisi bupati, bukan tindakan yang bermoral. Atau tindakan Gajah Mada membunuh seluruh keluarga calon mempelai wanita dari rajanya, bukan juga tindakan yang bermoral. Tetapi toh, keduanya dipersepsikan sebagai pahlawan. Namanya diabadikan sebagai nama jalan.

Sejarah juga menghapus catatan hitam seseorang. Anda tidak pernah mendengar rejim Sukarno memenjarakan group penyanyi Koes Bersaudara karena ketidak sukaan Sukarno pada lagu-lagu Koes Bersaudara yang cengeng. Apakah itu bukan mencerminkan Sukarno sebagai penindas yang semena-mena? Atau memenjarakan selama bertahun-tahun politikus yang tidak disukainya seperti Mohammad Natsir (perdana menteri Indonesia ke 5), Sutan Syahrir (perdana menteri Indonesia pertama), Yunan Nasution (Ketua partai Masyumi), Burhanuddin Harahap (perdana menteri Indonesia ke 9), Buya Hamka (da'i dan pengarang),  Syafruddin Prawiranegara (kepala negara dimasa darurat, menteri keuangan, perdagangan dan pertanian di beberapa kabinet), Assa’at (politikus Masyumi pernah menjadi pejabat presiden, Desember 1949 – Agustus 1950), Prawoto Mangkusasmito (wakil perdana menteri Indonesia ke-9), Mohammad Roem (menteri luar negri ke 4), Isa Anshary (politikus Islam, dan anggota parlemen serta Konstituante), EZ Muttaqien (da'i), Kasman Singodimedjo (jaksa agung kedua Indonesia) dan sederet nama lagi. Dalam buku sejarah Jepang yang diajarkan di sekolah-sekolah Jepang, sama sekali tidak menyebutkan kata romusha atau jigun ianfu (wanita-wanita yang diperdayakan dan kemudian dijadikan budak seks tentara Jepang di masa Perang Dunia II).

Pembentukan citra bahwa politikus adalah kaum yang penting adalah sangat universal. Di Indonesia pun sejarah selalu mengagungkan kaum kstaria. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” kata Sukarno, walaupun seorang Ken Arok, pencuri/perampok yang naik pangkat menjadi raja. Kita lihat bagaimana bangsa ini membanggakan perang kemerdekaan yang heroik dan penuh romantisme. Bagi yang tidak merasakan kesengsaraan perang, nampak seakan perang itu indah, heroik dan penuh romantisme. Tetapi, saya berani bertaruh kalau anda berada di medan perang dan tertembak kakinya. Tidak mati dan tidak hidup, dikepung musuh......., mungkin anda terkencing-kencing di celana karena ketakutan atau lebih baik bunuh diri untuk menghilangkan stres. Nenek saya yang harus mengungsi ketika perang kemerdekaan, dan ketika perang usai ia mendapati rumahnya rusak, emasnya yang ditanam (dipendam) di lantai kamar hilang, sawahnya rusak. Akan tetapi kadang ia masih terbius oleh image yang diciptakan para politikus.

Kalau anda berpikir, apa gunanya perang? Suriname toh bisa merdeka tanpa perang. Juga Malaysia, Singapura, Canada....., dan sederet lagi. Perang tindakan tolol yang perlu pengorbanan sia-sia. Jangan tanyakan hal ini kepada politikus, mereka akan membantahnya. Tetapi satu hal, fakta bahwa Malaysia, Brunei, Singapura atau Suriname merdeka tanpa setetes darah pahlawan, adalah tidak bisa dipungkiri. Apakah pahlawan yang mati pada saat kemerdekaan adalah sia-sia, dalam arti menjalani kematian yang seharusnya bisa dihindari? Anda tidak perlu menjawabnya, cukup merenungkannya. Tetapi saya ingatkan, pengaruh doktrin sejarah terhadap pola pikir anda cukup kuat.

Harus diakui bahwa tidak semua warga ksatria dalam sejarah atau legenda digambarkan sebagai pahlawan. Pahlawan selalu memerlukan musuh – the bad guys. Hitler, Mussolini, Hideki Tojo, dimasukkan dalam satu group bersama dengan Rahwana dan Kurawa, yaitu the bad guys. Mungkin Hitler dan Mussolini tidak lebih buruk dari Abraham Lincoln. Hanya saja, para penulis sejarah tidak berpihak pada Hitler dan Mussolini karena mereka dipihak yang kalah dan tidak mempunyai kontrol terhadap penulisan sejarah. Jepang misalnya berusaha menghilangkan kisah mengenai romusha dan jigun ianfu serta kekejaman mereka terhadap tawanan perang mereka, tetapi sampai sekarang masih terus ditekan oleh negara-negara yang pernah menderita akibat prilaku Jepang di perang Pasifik. Padahal kekejaman dan kebrutalan tidak hanya dilakukan oleh pasukan Jepang, tetapi juga oleh pasukan Amerika. Banyak tentara Amerika yang memutilasi jasad tentara Jepang yang terbunuh untuk diambil bagian-bagian tubuhnya sebagai kenang-kenangan[1]. Anggota badan yang paling disukai adalah gigi (emas) untuk digunakan sebagai kalung, tengkorak untuk pajangan dan souvernir, telinga untuk dikalungkan, dan lain sebagainya. Banyak jasad tentara Jepang yang mati di pertempuran Saipan dan Iwo Jima sudah tidak berkepala lagi. Tetapi kekejaman ini tidak masuk dalam buku sejarah Amerika. Sama seperti kasusnya romusha dan jigun ianfu di dalam sejarah Jepang.

Jadi tidak salah kalau Napoleon mengatakan bahwa: “Sejarah adalah paket kebohongan yang diterima sebagai kisah yang benar”. Andaikata pembaca tidak setuju dengan hal ini, tidak usah heran. Karena kemungkinan anda telah dicuci otaknya dari sejak sekolah dasar dengan menggunakan kaidah-kaidah Goebbles: “Bikinlah kebohongan yang besar dan dengungkanlah secara terus menerus, orang akhirnya akan menerimanya sebagai kebenaran.”






[1] “American mutilation of Japanese war dead”; Wikipedia online encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/American_mutilation_of_Japanese_war_dead
 



Disclaimer:


Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya yaitu deflasi US dollar dan beberapa mata uang lainnya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

1 comment:

dimas said...

thanks tulisannya. Super sekali!! Kapan nulis tentang sejarah islam lagi?