___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Tuesday, March 1, 2011

(No.6) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21




(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)



Uang Fiat dan Uang Politikus
Peter Bernstein dalam bukunya The Power of Gold bercerita mengenai Marco Polo[1]. Ketika Marco Polo berada di Cina, ia sangat terkesan dengan uang kertas yang digunakan di Cina dimasa itu. Kublai Khan bak seorang yang ulung dalam seni sulap kimia. Kertas yang terbuat dari kulit kayu mullberry dicetak dan dipotong dengan berbagai ukuran. Dan kertas-kertas ini mewakili emas dan perak dengan berbagai macam nilai sesuai dengan yang tertulis. Kertas yang mewakili 1000 koin perak ukurannya hanya 9 inch x 13 inch dan hanya seberat bulu ayam. Sedangkan 1000 keping koin perak yang diwakilinya mempunyai berat 8 pound (3,60 kg). Dengan kata lain, 9 inch x 13 inch kertas, diberi stempel kerajaan, kemudian diberi angka nominal, dan........ simsalabim!!! Jadi 3,60 kg perak. Ini namanya sulap kimia. Kertas yang bahan dasarnya selulosa dengan rumus kimia (C6H10O5)n berubah menjadi perak yang rumus kimianya Ag. Semuanya itu berkat stempel kerajaan.

Dengan sistem uang kertas ini, Kublai Khan bisa membeli semua harta kekayaan yang ada di dunia ini. Ya... semua harta kekayaan di jagat ini. Tulis Marco Polo lagi, bahwa Kublai Khan memerintahkan semua pembayaran dimanapun di wilayah imperiumnya dengan menggunakan uang kertas. Alasan Marco Polo waktu itu tidak dimengerti orang karena semua orang di Eropa menggunakan emas dan perak sebagai alat pembayaran. Sampai Marco Polo melanjutkan pernyataannya: “.....dan tidak ada yang berani menolak uang kertas ini karena takut kehilangan nyawanya dengan cara yang sangat menyakitkan”

Marco Polo tidak pernah menceritakan apakah uang kertas yang diberi stempel kerajaan Kublai Khan laku di warung kopi di wilayah kesultanan Peureulak Aceh, ketika dia mampir ke Sumatera atau laku di Republik Venesia, tempat tinggalnya. Kemungkinan besar tidak.

Itulah lelucon yang ditulis oleh Marco Polo, sekilas tentang uang kertas dan penguasa di jaman dulu. Saya tidak yakin anda, pembaca, bisa menangkap letak lucunya, apalagi tertawa. Karena anda anda hidup di dalam kultur uang kertas dan tidak pernah mengenal sistem uang sejati atau uang emas dan perak.

Uang kertas yang saat ini digunakan sehari-hari untuk transaksi tunai disebut uang politikus atau uang fiat. Disebut uang fiat karena keberlakuan uang itu didukung oleh undang-undang dan kekuasaan. Bukan atas dasar suka rela. Kata fiat adalah dari bahasa Latin yang berarti dekrit, atau keputusan yang secara hukum mengikat , sehingga arti kata uang fiat adalah uang yang dinyatakan oleh pemerintah melalui undang-undang sebagai alat pembayaran yang syah. Selanjutnya, bisa juga disebut uang politikus karena yang mengeluarkan, mengatur peredarannya dan menetapkan nilainya adalah politikus, penguasa dan birokrat di pemerintahan.

Uang kertas adalah uang fiat dan secara fisik terbuat dari kertas. Nilai interinsik, nilai riil, kertas adalah senilai kertas apakah wujudnya itu buku, kertas WC penyeka tinja, bungkus kacang atau kertas koran. Yang membuat uang kertas itu berbeda nilainya dari nilai interinsiknya karena ada undang-undang yang mendukungnya. Ketika pemerintahan yang legalkan uang kertas itu tidak lagi berkuasa, maka nilai uang kertas itu kembali kenilai interinsiknya, yang sama dengan kertas WC penyeka tinja, kertas tulis dan koran.

Teman saya yang gila matematika mengatakan bahwa pemerintah yang korup dan/atau repressif adalah kondisi cukup (bahasa Inggrisnya sufficient condition) akan keberadaan uang fiat. Dalam bahasa matemetika bunyi pernyataannya: Uang fiat beredar jika dan hanya jika ada pemerintah yang korup mendukungnya.

Perjalanan uang kertas untuk bisa diterima oleh masyarakat biasanya agak panjang dan melibatkan pengelabuhan. Misalnya uang kertas US dollar atau dollar Amerika. Dulunya dollar Amerika Serikat kertas dicetak berdasarkan cadangan emas yang ada di gudang lemari besi bank sentral Amerika Serikat. Uang kertas dollar Amerika dulunya bisa ditukarkan dengan emas. Memang nilai dollar kertas tidak terlepas dari campur tangan politikus. Seorang presiden Amerika Serikat yang mati karena perdarahan otak bernama F. D. Roosevelt, pernah mendevaluasi dollar. Satu dollar yang tadinya bisa ditukarkan dengan 10/205 oz emas, didevaluasi menjadi 1/35 oz emas. Tetapi yang paling parah adalah Nixon yang menghapuskan keterkaitan dollar terhadap emas, mengingkari perjanjian internasional Bretton Woods untuk menghindari tagihan emas sebesar 280 juta oz. Dan ucapan Nixon yang terkenal adalah:

“I am not a crook” – “Saya bukan penjahat” (Nixon 17 November 1973)

Walaupun kalimat ini diucapkan dalam konteks yang lain – yaitu konteks skandal Watergate, tetapi intinya bahwa dia pernah memposisikan dirinya sangat defensif untuk menyangkal tuduhan bahwa dirinya adalah seorang penjahat, birokrat yang korup. Karena dasar watak yang korup memang sudah ada, maka Nixon juga dengan mudah mengingkari kesepakatan Bretton Woods tentang garansi emas untuk mata uang dollar Amerika Serikat.

Sejak tahun 1973, di dunia tidak ada lagi uang sejati atau pseudo-uang sejati yang beredar secara resmi. Semua uang yang beredar di atas bumi ini adalah uang politikus dan uang illusi. Secara perlahan-lahan politikus menggantikan uang sejati dengan uang fiat dan uang illusi. Uang sejati (emas dan perak) diberi julukan yang merendahkan, seperti “relik sisa-sisa peninggalan jaman purba”. Uang sejati adalah musuh utama dari politikus dan bank sentral.

Pada uang kertas selalu tertera semacam peringatan atau pernyataan dari pemerintah. Contohnya seperti uang kertas rupiah pecahan Rp 100.000 terbitan tahun 2004, ada tertera tulisan:

“DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BANK INDONESIA MENGELUARKAN UANG SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN NILAI”

Memang tidak semua mata uang kertas di dunia mempunyai tulisan sepanjang pernyataan di atas. Seperti uang kertas dollar Singapura tulisannya hanya pendek saja:

“THIS IS LEGAL TENDER” – Ini alat pembayaran yang syah.

Kata “syah” inilah yang memaksa orang menerimanya sebagai uang. Yang menarik ialah tidak adanya pernyataan bahwa uang fiat ini terjamin nilainya. Anda tidak akan menjumpai uang fiat manapun yang pempunyai pernyataan seperti di bawah ini:

“Uang Ini Dijamin Nilai Riilnya Tetap Sepanjang Masa”

Bahkan jika pemerintah sudah bosan atau secara politik designnya tidak disukai maka uang-uang itu dinyatakan tidak syah lagi dan ditarik dari peredaran. Misalnya pecahan-pecahan uang kertas yang bergambar Sukarno yang beredar sebelum tahun 1965, dilenyapkan dari peredaran semasa Orde Baru Suharto, mungkin karena Sukarno secara politik tidak disukai lagi. Demikian juga dengan pecahan Rp 50.000 yang beredar di akhir masa Suharto, dicabut dari peredarannya ketika Suharto jatuh dan digantikan oleh Orde Reformasi. Tahun 2000 kembali wajah Sukarno menghiasi muka uang pecahan Rp 100.000 terbitan tahun 1999. Mungkin ini ada kaitannya dengan posisi Megawati sebagai wakil presiden yang dimulai dari tahun 1999. Dia tentu menyukai ayahnya (Sukarno).

Uang fiat disebut juga uang politikus karena seringkali designnya dilengkapi dengan wajah politikus yang sudah mati. Terkadang wajah penguasa yang masih hidup. Ini terjadi kalau penguasanya agak megalomania, narsis dan ingin populer.

Nilai interinsik dari uang fiat jauh lebih rendah dari nilai nominalnya. Misalnya uang pecahan Rp 100.000 terbitan tahun 2004, jika tidak ada pernyataan: “dengan rahmat Tuhan yang maha esa, bank indonesia mengeluarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai”, atau jenis uang itu sudah ditarik dari peredaran, nilai riilnya tidak lebih tinggi dari kertas WC untuk menyeka tinja. Atau bagi yang menyukai seni dan interior design, uang itu bisa dinilai setara dengan wall paper.

Uang fiat juga tidak bisa dipecah-pecah. Misalnya uang pecahan Rp 100.000 disobek menjadi 2 bagian, tidak berarti nilai sobekannya masing-masing Rp 50.000. Sifat ini sangat berbeda dengan uang sejati emas atau perak. Bahkan untuk uang fiat, jika gambarnya terhapus, maka tidak laku lagi.

Ada hal lain lagi yang membedakan antara uang politikus dengan uang sejati, yaitu kesediaan orang untuk menerimanya. Misalnya dollar Amerika Serikat bisa diterima hampir di seluruh muka bumi. Hanya kadang-kadang money changer dan bank di Indonesia mensyaratkan nomer seri tertentu untuk dollar Amerika Serikat. Sedangkan rupiah Indonesia, hanya bisa diterima di Indonesia. Jika anda gunakan di London, misalnya, tidak ada supir taksi dan pedagang yang mau menerimanya. Kalau dollar Amerika Serikat diterima di seluruh dunia dan rupiah hanya diterima di negaranya sendiri, lain halnya peso Kuba atau won Korea Utara. Keduanya kurang laku di negaranya sendiri, karena disana perdagangan tidak ada. Yang ada hanya ransum dari pemerintah. Barang tidak ada di pasar (pasar yang sesungguhnya pun mungkin tidak ada) dan seandainya barang ada, maka kebanyakan orang lebih suka menukarnya dengan dollar Amerika Serikat dari pada won Korea Utara atau peso Kuba. Karena dollar Amerika Serikat bisa digunakan untuk membeli barang yang tidak bisa didapat di Kuba atau Korea Utara serta lebih berguna.

Uang politikus selalu menjadi godaan bagi para politikus. Misalnya kalau anda punya hak monopoli untuk mencetak uang dari bahan yang murah, mudah didapat dan nilai ekonomisnya rendah, kemudian uang yang dihasilkan bisa digunakan untuk membeli barang/jasa yang nilai ekonomisnya tinggi, apakah anda tidak tergoda untuk mencetak sebanyak-banyaknya? Anda masih waras kalau menjawab “ya”. Demikian juga politikus. Mereka juga tergoda untuk mencetak uang sebanyak-banyaknya. Yang dimaksud dengan “sebanyak-banyaknya” bukan secara fisik banyak, tetapi cukup ditambah saja angka “nol”nya, supaya nominalnya naik. Jangan heran kalau uang politikus makin lama makin panjang jumlah nol nya. Ini dengan perjalanan waktu akan menyulitkan pada wartawan dan ahli bahasa. Karena jika uang sudah punya nol banyak sekali, gaji sudah mencapai di atas 1.000 trilliun, maka harus ditemukan suatu kata baru lagi untuk menyatakan 1000.000.000.000.000.

Maksudnya begini: kalau 1.000 disebut seribu, 1.000.000 disebut sejuta, 1.000.000.000 adalah semilyar dan 1.000.000.000.000 adalah satu trilliun, lalu 1.000.000.000.000.000 itu disebut apa? Apakah itu zilliun atau xyelliun (kedua kata ini adalah rekaan saya saja). Ahli bahasa harus menemukan kata untuk angka itu.

Uang jenis fiat ini kita sebut uang politikus. Pemikir umumnya jarang yang bisa termakan oleh tipuan. Oleh sebab itu sejak dulu banyak pemikir yang tidak suka dengan uang fiat ini. Seorang pemikir dari Prancis yang sudah mati, Voltaire (1694-1778) mengatakan:

“Paper money eventually returns to its intrinsic value........ zero.”
(Voltaire, penulis dan filosof Prancis)

“Uang kertas akhirnya menuju nilai interinsiknya yaitu nol”

Tentunya dia ucapkan dalam bahasa Prancis, tetapi karena kebanyakan buku-buku ditulis dalam bahasa Inggris, maka sitiran di ataslah yang kami bisa peroleh. Mungkin yang Voltaire ucapkan adalah:

“La monnaie de papier rend finalement à sa valeur intrinsèque ........ le zéro”

Jadi jangan heran kalau uang kertas a.k.a. uang politikus a.k.a. uang fiat akhirnya kembali ke nilai interinsiknya yaitu nol. Hal ini sudah sering kali terjadi. Jangan salah sangka, bahwa proses perjalanan nilai uang kertas menjadi nol, bukan karena tunduk terhadap perintah Voltaire, tetapi karena sifat uang gadungan demikian. Akhirnya kembali ke nilai asalnya, yaitu secarik kertas yang tidak berbeda dengan kertas WC penyeka tinja (toilet paper).

Di bawah ini ada gambar uang pecahan 500 milyar dinara dari negara Yugoslavia (sebuah negara yang di kemudian hari pecah menjadi Serbia, Bosnia dan Kroasia) keluaran tahun 1993. Perhatikan betapa banyaknya angka “nol”. Uang ini mungkin masih belum apa-apa dibandingkan dengan uang Zimbabwe. Mereka, Zimbabwe punya pecahan Z$ 100 trilliun!! Untuk pecahan yang lebih besar dari Z$ 100 trilliun ini, Gideon Gono (kepala bank sentral Zimbabwe yang merancang uang Zimbabwe ini) mengalami kesulitan mencari kata untuk 1.000 trilliun. Zillion mungkin. Sampai sekarang belum diterbitkan pecahan Z$ 1 Zillion itu. Sebagai penggantinya, semua uang Zimbabwe ditarik dari peredaran dan digantikan dengan uang baru dengan 6 angka “nol”nya telah dipangkas.



Pecahan 500 milyar dinara uang Yugoslavia terbitan 1993


Catatan: uang pecahan Z$ 100 trilliun ini tidak cukup untuk membeli roti, setelah beberapa bulan beredar.




Pecahan Z$ 100 trilliun uang Zimbabwe terbitan 2008.


Sekedar pernyataan sarkas di akhir bab ini: Sulit dimengerti, kenapa para politikus menerbitkan uang pecahan 100 trilliun atau 1.000 trilliun atau berapa saja yang panjang sekali jejeran “nol”nya. Mungkin karena mereka ingin rakyatnya menjadi trilliuner semua, termasuk pengemis. Yang itu disebut trilliuner kere. Tujuan itu tidak mungkin dicapai jika uang sejati (emas dan perak) yang digunakan. Trilliuner dinar emas atau dirham perak, adalah trilliuner sejati yang kaya. Bukan kere.
(Bersambung........)

___________________________________________________________________
[1] The Power of Gold, Peter Bernstein, John Wiley & Sons Inc, 2000, hal. 167 - 168



Disclaimer:
Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

3 comments:

Anonymous said...

1.000.000.000.000.000 = 1 quadrillion
1 x 10 pangkat 100 = 1 googol

Anonymous said...

hehehe terima kasih pak untuk ulasan nya,..
saya jadi tertawa sendiri malem2,.. (sampe takut disangka gila),..
menertawakan ironi,..
sekaligus membuat saya menjadi lebih tahu,.. mencerdaskan,..
saya kelanjutan tunggu postingan nya
salam..

kurniawan said...

Sebetulnya masyarakat indonesia juga sadar akan hal tsb bahwa nilai uang rupiah akan terus turun /tergerus seiring dgn waktu... makanya secara turun temurun di keluarga saya selalu dinasehati jgn simpan uang rupiah... lebih baik nabung emas dan tanah ato rumah.