___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Thursday, February 10, 2011

(No.1) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21.



(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)


Judul tulisan bersambung ini sangat provokatif. Judul dan isi, serta gaya bahasa tulisan bersambung ini memang sarkas, provokatif dan hiperbolik. Sebenarnya ada dua hal yang menginspirasi pemberian nama tulisan bersambung ini. Pertama adalah kasus penipu-penipu kelas teri Cut Zahara Fonna, raja Idrus dan ratu Markonah serta Djoko Suprapto. Kedua kasus penipuan QSAR – Ramli Araby yang melibatkan wakil presiden Hamzah Haz yang namanya digunakan oleh QSAR, wakil ketua DPR Tosari Wijaya yang menjadi konsultan QSAR, ketua MPR Amin Rais, dan petinggi pemerintahan. Yang ketiga yang juga turut memberi inspirasi judul tulisan bersambung ini adalah pernyataan dari seorang jurnalis Amerika Serikat Isidor Feinstein Stone.

Every government is run by liars and nothing they say should be believed.” (I. F. Stone, jurnalis & pengarang Amerika)

Setiap pemerintahan dijalankan oleh pembohong, oleh sebab itu semua Pernyataan mereka jangan dipercaya

Terlepas benar atau salah, pernyataan I.F. Stone ini mencerminkan opini pribadinya. Bagi saya, temanya sangat menarik untuk dijadikan sebuah judul tulisan bersambung . Tentang kebenarannya, terserah anda untuk mempercayainya atau tidak mempercayainya. Sebab kebenaran opini I.F. Stone tidaklah penting, karena sebuah opini tidak membutuhkan pembuktian. Setiap orang boleh mempunyai opini. Apakah orang lain akan menyukainya atau tidak, adalah urusan masing-masing individu. Dan jika pembaca mau mendebatnya, silahkan saja hubungi I.F. Stone yang sudah meninggalkan dunia fana ini sejak tahun 1989. Saya hanya membeo ucapannya untuk dijadikan judul tulisan bersambung ini saja.


Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Dongeng Bersambung Ini
Pernahkah anda terhenyak karena membayangkan bahwa 5 tahun lagi anda akan dipensiunkan (pensiun dini menjadi kultur tempat saya bekerja dulu) dan saat itu hanya memiliki 1 rumah type 60 (luas tanah 90 m persegi dan bangunan 60 m persegi), sebuah mobil dan tabungan yang sekedar cukup untuk membeli sebuah mobil lagi. Dan nilai tabungan seharga sebuah mobil itu hanya bisa untuk hidup 3-4 tahun dengan pola hidup yang sama. Padahal kemungkinan masih ada 15 – 25 tahun lagi yang harus dijalani dengan segala penyakit yang umum diderita oleh orang tua yang memerlukan tambahan biaya. Bagaimana mungkin hal ini bisa menimpa seorang sarjana yang lulus cum laude dari sebuah institut teknik terkemuka di Indonesia dan juga mempunyai gelar masters dari universitas terkemuka di Canada, pekerja yang (cukup) keras dan hidupnya tidak neko-neko. Saya mau tegaskan lagi mengenai kata “institut teknik terkemuka di Indonesia” dan “universitas terkemuka di Canada”, karena hal itu membentuk kebanggaan tersendiri akan latar belakang pendidikan. Kedua sekolah itu bukan sembarang sekolah, tetapi sekolah kelas satu. Kenyataan itulah yang menjadi pukulan berat bagi saya.

Itulah yang mendorong saya untuk mengerti lebih dalam mengenai masalah ekonomi, sosial dan politik. Sejak saat itulah pengetahuan ekonomi, sosial dan politik saya terkumpul. Dengan pengetahuan ini, saya semakin berani melangkah keluar dari “comfort zone” sebagai pegawai permanen menjadi pekerja kontrak dengan gaji sampai 5 kali lebih tinggi dengan resiko menjadi penganggur yang terukur. Selama tahun 2000 sampai 2007 adalah masa subur bagi pekerja di sektor gas, minyak bumi dan komoditas sehingga peluang untuk tidak memperoleh pekerjaan bagi kuli kontrak atau kuli harian relatif kecil. Sebagai perbandingan gaji seorang senior profesional teknik dengan status kuli permanen adalah US$ 3000 per bulan sedang kuli kontrak US$ 6000 sampai US $ 14000 per bulan; sedangkan untuk kuli harian bisa mencapai US$ 1200 – US$ 2000 per hari. Pada masa seperti ini, menjadi kuli kontrak dan kuli harian sangat menguntungkan dari pada menjadi kuli permanen. Dan yang lebih penting lagi, pengetahuan mengenai ekonomi ini digunakan untuk merencanakan strategi menabung hasil keringat kita bekerja serta menjaga agar nilai tabungannya tidak tergerus dimakan kondisi yang diciptakan penguasa. Aspek inilah yang akan banyak disinggung pada cerita bersambung ini.

Selanjutnya saya juga ingin berbagi sebagian dari hasil pembelajaran ini dengan siapa saja yang tertarik, apakah itu karena merasa senasib atau sekedar diambil hikmahnya untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dan tidak terperosok ke dalam lubang yang sama dengan lubang yang pernah saya temui. Hikmah atau pembelajaran dari contoh-contoh dan subjek diskusi di tulisan bersambung ini bisa digunakan untuk menjaga nilai riil kekayaan pembacanya. Bagi saya sendiri, disamping hikmah dari pengalaman yang dituangkan di buku ini, buku ini berarti juga sebagai bekal untuk kehidupan sesudah mati. Tidak ada bekal yang lebih baik untuk dibawa mati selain berbagi ilmu dan kemudian ilmu itu diamalkan.

Cara penyajian cerita bersambung (kadang saya sebut dongeng bersambung) ini bukan diperuntukkan bagi mereka yang berkecimpung di bidang ekonomi, karena penulis sendiri secara formal tidak mengenyam sekolah ekonomi. Kami sedapat mungkin menghindari istilah-istilah dan jargon-jargon ekonomi dan menggantikannya dengan istilah yang lebih mudah dimengerti dan sedikit bernada sarkas, untuk menekankan sisi buruk dari makna yang diwakili kata/istilah itu. Walaupun cara penulisan dan gaya bahasa yang digunakan di buku ini disesuaikan untuk orang awam, tetapi kami akan menjaga tingkat diskusinya pada level yang cerdas. Kamus istilah akan diberikan di bagian akhir untuk memudahkan pembaca memahami buku ini dan juga sebagai hiburan.

Judul dongeng bersambung ini adalah “Penipu, Penipu Ulung, Politikus dan Cut Zahara Fonna”. Dari judulnya bisa diterka bahwa topik utamanya ada kaitannya dengan tipu menipu dan pengelabuhan. Penipuan disini punya arti yang luas, bukan terbatas pada konteks hukum. Arti penipuan secara hukum sangat dipersempit sehingga artinya tidak sama dengan penipuan secara luas. Delik penipuan di hukum pidana sangat banyak celahnya, sehingga sering banyak yang lolos. Seperti Ramli Araby dengan PT Qurnia Subur Alam Rayanya, tahun 2003 ia tidak dijerat dan dihukum berdasarkan delik penipuan melainkan dengan pelanggaran UU Perbankan pasal 46 ayat (1) yaitu menghimpun dana dari masyarakat tanpa ijin Bank Indonesia. (Arisan bisa dijerat dengan UU Perbankan ini juga lho). Ini sekedar untuk menunjukkan bahwa delik penipuan sangat banyak celahnya.

Bunyi delik penipuan di dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) adalah:

"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun." – KUHP 378

Beberapa kata saya beri penekanan, yaitu “melawan hukum” dan “menyerahkan benda” sebagai persyaratan untuk memenuhi delik penipuan. Persyaratan ini sering menjadi celah untuk lolos. Dengan kata lain, suatu penipuan yang dukung oleh undang-undang dan/atau tanpa ada unsur penyerahan suatu benda, maka tidak bisa dijerat dengan pasal KUHP ini. Dan untuk kasus seperti ini politikus dan birokrat adalah jagonya. Salah satu diantaranya ialah masalah inflasi, cetak mencetak uang, penciptaan uang dan pengedaran uang, yang akan mendapat sorotan di cerita ini. Kalau ditanya apakah ada pihak yang dirugikan akibat tindakan pemerintah mencetak uang dan menyebabkan inflasi? Tentu saja ada dan banyak, karena inflasi menghancurkan nilai riil tabungan orang. Akan tetapi kalau ditanya apakah perbuatan mencetak uang dan membuat inflasi adalah delik kriminal. Jawabnya “tidak”. Akan diterangkan di tulisan ini bahwa inflasi adalah suatu kejahatan (yang legal dan disyahkan oleh undang-undang).

Kata-kata penipuan, pencurian, kejahatan, perampokan dan sejenisnya akan banyak digunakan di dalam tulisan ini untuk memberikan tekanan pada gaya sarkasme. Dan pengertiannya berbeda dengan pengertian hukum. Oleh sebab itu, jika ada yang disebutkan di dalam tulisan ini sebagai seseorang yang telah melakukan kebohongan dan penipuan, tidak perlu diadukan ke polisi sebagai pelaku penipuan, karena kemungkinan konteksnya bukan dalam konteks hukum tetapi lebih ke konteks moral. Kalau hal itu anda lakukan, mungkin polisi akan mentertawakan anda.

Penekanan subjek inflasi di tulisan ini bukan sekedar kebetulan. Demikian juga dengan waktu penerbitan tulisan ini. Di masa krisis ekonomi global yang dimulai sejak tahun 2007, kami mengantisipasi akan berlanjutnya campur tangan dan usaha-usaha pemerintah dunia dengan segala bentuk ketidak-bijaksanaannya (policy) untuk menyelamatkan ekonomi. Krisis global ini sifatnya adalah deflasi, artinya, terjadi kontraksi kredit, terutama dalam denominasi dollar Amerika Serikat. Pemerintah di dunia akan berusaha melawannya dengan berbagai ketidak-bijaksanaan (policy yang salah). Akibat dari ketidak-bijaksanaan (policy) ini dalam menyelamatkan ekonomi akan menghasilkan fasa inflasi global sebagai tahap terakhir dari krisis ekonomi global ini. Menurut perkiraan kami, fasa ini baru akan dimulai sekitar tahun 2013 – 2018. Bisa juga datang lebih awal atau lebih lambat. Jangan salah artikan kata inflasi disini. Kami tidak mengisyaratkan adanya hiper-inflasi dollar, tetapi sekedar inflasi yang sedikit agak tinggi. Dengan berbekal informasi dari tulisan ini, semoga pada masa itu, pembaca bisa melewatinya dengan baik, dalam arti nilai riil tabungan anda tidak habis terkikis oleh inflasi. Malah kalau mungkin, bisa mengambil keuntungan dari situasi itu.

Tulisan ini memang memasuki ranah ekonomi, sosial, hukum dan politik, tetapi bentuknya bukanlah ilmu politik, sosial dan ekonomi yang anda bisa jumpai di sekolah atau di kampus. Pasalnya yang disebut ilmu ekonomi, sosial, politik bukanlah sains, yang tidak bisa dicoba di laboratorium. Tetapi semata-mata hanyalah konsep, gagasan dan opini manusia. Seperti misalnya teori Robert Malthus mengenai bencana kiamat kelaparan pandemi (global) akibat dari pertambahan penduduk yang tidak bisa diimbangi oleh pertambahan produksi pangan, ternyata sampai 2 abad tidak pernah terbukti benar, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Orang malah cenderung gemuk dan mati karena kelebihan gizi (sakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas). Tidak jarang gagasan dan teori semacam teori Robert Malthus ini merupakan suatu wahana untuk menipu dan memanipulasi masyarakat. Aspek-aspek yang berkaitan dengan pengelabuhan itulah yang akan dibedah dan banyak dibahas di dalam tulisan ini.

Pernyataan ini terdengar sangat skeptis dan penuh curiga. Akan tetapi nanti akan ditunjukkan bahwa skeptisme justru akan menyelamatkan kita dari penipuan dan kebohongan. Agama yang pemeluknya terbanyak di negri ini, yaitu Islam, sebenarnya mendorong sikap yang skeptis. Dan bagi pembaca yang muslim, seharusnya dia adalah seorang yang skeptis. Ketika seseorang mengikrarkan keislamannya, dia mengucapkan 2 kalimat kredo (kalimat keimanan). Dan kalimat pertama dimulai dengan ungkapan atau kalimat negatif, penyangkalan, yaitu: “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan.......”. Kalimat itu bukannya kalimat yang bernada positif/penegasan, atau seperti memuji Tuhan atau menegaskan sifat-sifat Tuhan, melainkan sebuah kalimat penyangkalan, “...tidak ada tuhan......”. Menarik sekali. Setidaknya, informasi ini mendukung paham yang saya anut.

Kalau tulisan ini menganjurkan pembacanya untuk skeptis, kritis terhadap data dan informasi, berarti juga skeptis dan kritis terhadap tulisan ini juga. Jangan percaya terhadap tulisan ini mentah-mentah, dan tetap kritis. Saya pikir anjuran ini yang membuat tulisan ini unik, menyuruh pembacanya jangan buru-buru percaya terhadap tulisan ini, melainkan harus melalui penyelidikan dan pencernaan logika.

Mengenai anjuran untuk kritis dan menggunakan akal, banyak dianjurkan oleh agama. Saya akan kutipkan sebuah ayat dari Quran:

“Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” – (Quran 10:100)

Bayangkan betapa kerasnya peringatan ini. Tuhan akan murka kepada orang-orang yang malas menggunakan akalnya. Kenyataannya memang demikian. Sebagai hukum alam (sunatullah kata orang Islam), orang yang malas berpikir, hidupnya lebih sengsara.

Hal yang sama mengenai akal, mengingatkan saya pada kuliah agama Buddha puluhan tahun lalu. Diriwayatkan ketika Buddha ditanya oleh para muridnya dari Kapilavastu mengenai kebenaran, karena muridnya melihat banyak orang mengaku membawa kebenaran, yang seringkali isinya berbeda dan bahkan saling bertentangan. Jawaban Buddha adalah: “Pikirkanlah dengan pikiran yang jernih/tenang”. Apapun agama anda, berpikir yang kritis, melihat secara jernih akan membantu untuk memperoleh kebenaran dan jalan keselamatan. Walaupun akan ada yang berargumen bahwa kutipan di atas adalah dalam ranah agama, tetapi sesungguhnya berlaku untuk semua aspek kehidupan. Di semua aspek kehidupan ini, apakah itu sosial, ekonomi, agama; kebohongan dan kesesatan itu banyak sekali.

Bersikap skeptis dan kritis dalam prakteknya tidak hanya akan menuntun kepada kebenaran, tetapi juga bisa membentuk citra diri yang pandai dan cerdik. Dan ini bisa menguntungkan dalam pergaulan dan karir. Anak saya prempuan, yang duduk di kelas II sekolah dasar misalnya, baru-baru ini dapat pelajaran mengenai kegunaan sinar matahari. Sinar matahari itu sangat bagus untuk pembentukan vitamin D. Oleh sebab itu (konsekwensi dari premis) berjemur di matahari sangat baik. Demikian kata gurunya. Yang menarik untuk disimak adalah sanggahan anak saya terhadap konsekwensi atas premis itu, ialah: “Kalau mau dapat vitamin D lebih baik minum minyak ikan, susu, atau makan keju, atau makan margarin (dia menyebut suatu merk margarin), dari pada berpanas-panasan. Kulit jadi hitam, tidak cantik lagi. Susah dapat pacar.” Terlepas dari kata pacar yang terlalu dewasa untuk anak berumur 7 tahun, anak saya “terpandang” sebagai anak yang cerdik tetapi malas olah raga (Walaupun dia suka dan pandai berenang. Gaya kupu-kupu yang sulit pun bisa). Nilai-nilainya di atas 9, kecuali olah raga dan “kerja-sama”. Saya sendiri tidak yakin bahwa anak saya sepandai itu. Kemungkinan dia bisa mencitrakan dirinya sebagai anak yang cerdik, malas olah raga, pemikir bebas dan semaunya sendiri. Nilai-nilai pelajarannya yang tinggi karena gurunya sudah terpaku pada citra yang dibentuk oleh anak saya yang skeptis, kritis, detail dan sering “thinking outside the box”.

Prilaku anak saya ini, mengingatkan pada ucapan Jesus ketika menjawab sebuah pertanyaan dari muridnya:

Matius 18:1 - Pada waktu itu pengikut-pengikut Jesus datang kepada-nya dan bertanya, "Siapa yang dianggap terbesar di antara umat Allah?"

Matius 18:3 - Lalu Jesus berkata, "Percayalah! Hanya kalau kalian berubah dan menjadi seperti anak-anak, kalian akan menjadi anggota umat Allah”.

Dari benak kanak-kanak muncul pertanyaan-pertanyaan yang jujur, investigatif dan kritis dan dikeluarkan melalui mulut mungilnya yang sering membuat orang dewasa sulit menjawabnya dan sulit membantahnya. Persyaratan untuk bisa menjadi umat Allah adalah berlaku jujur, investigatif dan kritis, baik dalam berpikir serta dalam perbuatan.

Nilai-nilai skeptis, kritis, detail dan “thinking outside the box” di dalam tulisan ini, bisa dijadikan hikmah dan modal hidup disamping objek diskusi itu sendiri. Bila diterapkan di dalam kehidupan, bisa membantu pembentukan citra diri yang cerdik dan pandai.

Dari judulnya, “Penipu, Penipu Ulung, Politikus Dan Cut Zahara Fonna”, seakan menempatkan Politikus di atas Penipu Ulung dalam hal kepiawaian tipu-menipu, akal-mengakali. Memang yang hendak dituangkan di dalam tulisan ini adalah data-data yang mendukung hipotesa itu. Lalu siapakah Cut Zahara Fonna? Kalau dilihat dari judul tulisan ini, bisa diartikan sebagai seorang penipu yang paling ulung yang bisa mengalahkan politikus dan penipu ulung lainnya. Untuk yang pertanyaan yang satu ini, kita simpan dulu jawabannya, penulis tidak akan merusak kenikmatan menyelesaikan tulisan bersambung ini dan rasa penasaran anda sampai selesai habis membaca cerita bersambung ini.

Bersambung.....


Disclaimer:
Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

3 comments:

Anonymous said...

saya punya premis: "kebaikan yang tidak merugikan diri senidiri dan kejahatan yang tidak merugikan orang lain"
setujukah anda pak IS?

saya senang sekali membaca tulisan Anda, keep writing, saya ingin sekali pak IS mengulas financial planning ala EOWI khususnya untuk masyarakat Indonesia, karena menurut saya orang Indonesia sulit untuk dikelompokkan ke dalam cashflo quadrantnya kiyosaki.
terimakasih
cheers

Anonymous said...

saya enjoy membaca tulisan bung IS..entah mungkin krn saya jg seorang libertarian atau mungkin krn saya pernah jg sekolah di institut teknik terkemuka di negeri ini [saya baru tau dr tulisan ini] dan ended up di bidang ekonomi&finance..:-)

keep writing bung IS dan salam kenal,

peace,
lubeck

Imam Semar said...

Salam kenal juga oom Lubeck....